Thursday, May 30, 2013

Gu Family Book Episode 1

Hai hai... Saya masih muncul lagi dengan sinopsis drama yang sedang saya tonton. Dari dulu saya selalu nonton drama korea karena castnya, kalau ceritanya tar nggak cocok, baru deh ditinggalin. Jadi akhir-akhir ini cuma 1-2 drama korea yang sedang saya ikuti. Dan Gu Family Book yang dibitangi si dandy Lee Seung Gi tentu bikin saya tertarik. Dan sageuk yang ia bintangi kali ini cukup seru. Di episode awal ini disuguhi intro, perkenalan akan cikal bakal drama ini, which is quite detail and tragic. Jangan heran kalau saya sudah sedikit mewek melihat beberapa adegan di episode ini. Cuma yang saya agak kurang sreg adalah Lee Yeon Hee, bagus sih. Tapi masih kurang pol padahal karakternya disini harus yang benar-benar terpuruk. Oke... cekidot



Gu Family Book Episode 1

Thanks to: dramabeans





Seorang narator membawa penonton ke sebuah hutan di kegelapan, jauh dari peradaban, sebuah kolam terpencil. Tempat ini disebut Moonlight Garden. Selama ribuan tahun seseorang, lebih tepatnya makhluk astral hidup disini, menjaga hutan tersebut. Dan hari ini seorang biarawan mendatanginya. "Wol Ryung!" panggilnya, sebuah nama yang berarti roh bulan.


Tapi Gu Wol Ryung (dimainkan oleh Choi Jin Hyuk) tak ada di Moonlight Garden. "Lagi-lagi!" ratap biarawan itu. Alih-alih ia sedang mengintip kehidupan manusia di lembah bawahnya. Dari penglihatannya melalui ujung hutan, ia tersenyum lebar melihat pemandangan sebuah festival dari kejauhan, dimana seorang gisaeng anggun menarik perhatian dengan memainkan drum.


Pemandangan itu teralihkan oleh sebuah situasi lain, kedatangan sebuah kereta tahanan mengangkut seorang kakak adik dan juga budaknya. Mereka berpakaian layaknya bangsawan namun dipenuhi darah. Anak-anak dari seorang pengkhianat, mereka juga dihukum atas kejahatan ayahnya.



Mereka dijual ke rumah gisaeng oleh pemerintah dan diturunkan derajatnya ke yang paling bawah. Kakak perempuannya, Yoon Seo Hwa (Lee Yeon Hee) shock menyadari ia akan terjun ke dunia gisaeng.

Seorang nyonya dari gibang (rumah bordil), Chun Soo Ryun (Jung Hye Young), menyelesaikan aksinya dan diberitahu kabar itu. Ia menuju ke gerbang dimana Swon Hwa menolak untuk masuk. Ia lebih baik mati daripada harus jadi gisaeng.



Penolakan Seo Hwa menyinggung Soo Ryun atas fitnahan tentang kelas gisaeng. Ia menyuruh pelayannya untuk menelanjangi Seo Hwa, tak ada yang lebih membuatnya malu daripada itu.



Pria itu menarik baju Seo Hwa hingga terlepas, dengan paksaan yang membuat Wul Ryung terkejut melihatnya. Rok bawah Seo Hwa berhasil dikoyak dan sukses membuat gadis itu dipermalukan. Hanya tersisa baju dalamnya, ia diikat di sebuah pohon untuk waktu yang hanya madam Soo Ryun bisa tentukan.



Sementara adik dan budaknya dikunci di sebuah kamar, Seo Hwa ditinggal sendirian di luar. Ia memohon untuk dibebaskan dan dari kejauhan Wol Ryung melihat ia terisak dan sempat terpikir untuk membantu. Ia dikelilingi oleh cahaya magis menandakan kekuatannya muncul, namun ia kemudian berhenti di saat terakhir—ingat bahwa dirinya tak boleh turut campur dengan urusan manusia. Ia telah berjanji dengan teman pendetanya.



Sebuah flashback, memperlihatkan kejadian yang menyebabkan Seo Hwa seperti sekarang ini:

Pejabat Yoon, ayahnya, ditangkap atas tuduhan pengkhianatan. Semua itu hanya jebakan, namun seorang bekas temannya (Lee Sung Jae) tak segan memberikan hukuman dan menyuruhnya untuk dibunuh. Ia bahkan menyeringai saat berkata kalau setelah putrinya dijual, ia pasti akan 'memeluknya'.

Orang itu adalah Jo Gwan Wong, yang menebas pejabat Yoon hinggat mati dan kemudian menyeret Seo Hwa meskipun gadis itu berlumuran darah ayahnya.



Jo Gwan Wong ada di gibang malam ini, merayakan kenaikan pangkatnya karena telah berhasil mengangkap pengkhianat. Ketika madam Soo Ryun mengucapkan selamat kepada klien VIPnya, Gwan Wong bilang telah berjanji dengan temannya kalau berhasil membuat putrinya menjadi seorang gisaeng, dialah yang akan menjadi.. langganan tetapnya.

Ia ingin tahu berapa cepat Seo Hwa bisa disiapkan untuk menjadi gisaeng. Tak mau menunggu berminggu-minggu, ia memberinya waktu 5 hari.

Di pagi hari, Seo Hwa masih di terikat di pohon dan ditonton banyak orang, sebagai contoh aib wanita. Para penduduk yang menontoninya tertawa, namun itu tak membuat Seo Hwa gentar.



Wol Ryung melihatnya semalaman, ragu-ragu apakah ia akan membantu Seo Hwa. Gadis itu semakin kelelahan, dan Wol Ryung semakin marah akan keraguannya.

Bahkan setela hari ketiga, madam Soo Ryun tetap tak peduli akan keadaan Seo Hwa. Namun ia juga teringat akan tenggat waktu 5 hari itu untuk menjadikan Seo Hwa gisaeng.



Seo Hwa ambruk, dan akhirnya Wol Ryung tak tahan lagi. Ia akan membantunya, hanya saja teman pendetanya datang dan mengingatkan tentang tak bolehnya ia turut campur dengan urusan manusia. Wol Ryung tak mengindahkan, pendeta itu lalu mengikatnya dengan sebuah gelang. Keadaan menjadi perlawanan paksa, pendeta itu tetap menahannya, berkata bahwa satu pengecualian akan berbuntut dua, tiga dan seterusnya.



Dalam sekejap mata Wol Ryung berubah jadi merah dan ia melempar benda milik pendeta ke arah pohon dibelakangnya. Ternyata sebuah ular yang siap menyerang. Ia bertanya, apa membunuh ular itu juga termasuk mengganggu urusan manusia, atau bahkan pendeta itu sendiri. Apa ia hanya akan membiarkan pendeta itu jadi mangsanya? Yeah.

Ia berbalik untuk membantu Seo Hwa. Hanya saja gadis itu sudah pergi, tersisa tali yag mengikatnya.

Seo Hwa terbanun dari demamnya di gibang, dan setelah mendengar dimana ia berada, gadis itu memaksa pergi. Soo Ryun masuk ke kamarnya dan bicara kalau ia tak bisa seenaknya pergi, nasibnya sekarang adalah menjual minuman, senyuman, bahkan tubuhnya.



Seo Hwa melawan, "Ikat saja aku lagi di pohon. Aku lebih baik mati disana."

Namun Soo Ryun mengancam. Ditunjukkannya adik Seo Hwa, terikat dan siap untuk dipukuli. Adiknya berteriak untuk tak menyerah, dan hukumannya dimulai.



Seo Hwa memandangnya dengan berat hati, namun penyiksaan itu terlalu menyakitkan ia akhirnya menyuruh orang-orang itu berhenti. Gadis itu setuju, aia akan melakukan apapun asal adiknya selamat, sang adik berteriak protes.



Ia kemudian dimandikan dan didandani siap untuk dijual. Tak sampai hari ke-5 adiknya mendengar kalau kakaknya itu akan pergi ke pembunuh ayah mereka. Ia memohon pada Dam, budaknya, untuk membantu kakaknya itu, kendati satu-satunya ide yang ia utarakan sangat berbahaya.

Seo Hwa tidak tahu siapa yang akan membelinya hingga akhir hari itu, ia panik. Putus asa, gadis itu siap dengan jepit rambutnya dan berniat bunuh diri.



Dam menyela, dan segera menyuruh Seo Hwa untuk bertukar pakaian agar bisa kabur. Dam akan dihukum tentu saja, namun budak itu berkata lebih baik baginya untuk dipukul beberapa kali ketimbang nasib yang akan ditanggung Seo Hwa nanti. Keduanya menangis terisak. Dam segera menyuruh tuannya untuk tetap hidup dan membersihkan nama ayahnya—bagaimanapun juga, ia tak boleh mati.

Tipuan mereka tak berlangsung lama karen madam Soo Ryun mengetahui ulah tersebut sebelum Jo Gwan Woong tiba. Setidaknya Seo Hwa dan adiknya sudah kabur ke hutan.



Soo Ryun menyuruh anak buahnya mencari, sementara yang lain tak boleh membocorkan perihal pelarian ini. Dan Se Hwa menyuruh Dam untuk melayani Jo Gwan Woong malam ini. Oh no, I really hate this.

Kemudian ia meminta kepada Jo Gwan Woong, berkata kalau ia belum memberitahu gadis itu siapa yang akan jadi 'partner ranjang'nya. Takut akan kekerasan yang akan timbul, ia meminta agar semua lilin dimatikan agar gadis itu tak mengenali Gwan Woong, pria itu setuju.

Dam dibawa sebagai umpan, diancam kalau hidup ia dan Seo Hwa tergantung dengan tipuan ini.

Di Moonlight Garden, Wol Ryung bersedih sambil memegangi tali untuk mengikat Seo Hwa waktu itu. Ia merasakan gangguan di hutan, bertanya-tanya dari mana datangnya.



Pelarian adik kakak tersebut diselingi dengan adegan dimana Dam diperkosa, membuat semuanya makin menegangkan.Dan pria itu sepertinya justru menikmati perlawanan Dam. Ugh.

Soo Ryun ngeri mendengar teriakan gadis itu dari luar, setidaknya wanita itu punya sisi kemanusiaannya (kendati gak penting lagi sih). "Kau harus menanggungnya agar Seo Hwa tetap hidup, dan juga untuk kita semua", katanya.



Sementara anak buah Soo Ryun mengejar, Seo Hwa berjuang mengimbangi adiknya, ia semakin lemah akibat siksaan sebelumnya. Seelah beberapa kali terjatuh, ia tak mau merepotkan adiknya, Seo Hwa meminta sang adik untuk terus tanpanya. Adiknya tak mau meninggalkan kakaknya dan mati sendirian, gadis itu memaksa. Mereka harus berpencar agar keduanya selamat. Ia bersembunyi, dan adiknya akan terus berlari.

Seo Hwa memohon, jika mereka mati, semua perjuangan ini akan sia-sia. Akhirnya dengan berat hati, sang adik pergi dan berjanji akan menemukan kakaknya.

Namun Seo Hwa tak punya keinginan untuk bertahan, ia menarik jepit rambutnya. Deengan para pencari yang semakin dekat, ia akan bunuh diri dan berbisik, "Dam, maafkan aku."



Ia meminta pengampunan dan mengangkat jepit rambutnya ketika sebuah cahaya kecil melayang di depannya.

Tiba-tiba Seo Hwa dikelilingi sekumpulan cahaya. Terpaku, ia angkat kepalanya, kemudian jatuh tak sadarkan diri. Berdiri disana Wol Ryung yang bersiap untuk menangkap.

Seo Hwa tak mampu bergerak untuk memandang wajah penyelamatnya, "Tolong aku", bisiknya. Para pengejar juga dikelilingi cahaya melayang, pikiran merka dipenuhi hal-hal yang mengerikan. Apakah ini pertanda jelek?



Mereka melihat Wol Ryung dibalik cahaya itu. Pemimpin mereka siap maju perlahan dengan pedang terangkat, namun ia justru diserang oleh kekuatan mistis itu, terjatuh dan pedangnya mendarat diantara dua kakinya, hanya beberapa cm dari 'senjatanya'.



Wol Ryung berbicara, suaranya berubah menjadi dalam dan menakutkan, menyuruh orang-orang itu pergi. Dengan kekuatannya ia mengumpulkan dedaunan dan ranting, dan membuat benda-benda itu beterbangan membentuk angin dahsyat menyerang para pengejar.



Sementara itu, di gibang, Jo Gwan Woong keluar dari kamarnya dengan kemarahan siap meluap, berteriak memanggil Soo Ryun. Ditamparnya madam gisaeng itu, berani sekali mengelabuinya dan memberikan gadis budak sebagai teman tidurnya?

Madam Soo Ryun menjawab bahwa seorang wanita belum bisa ditawarkan sebelum ia benar-benar menjadi gisaeng. Gwan Woong dipersilahkan kembali nanti saat Seo Hwa sudah siap. Ia bungkam soal pelarian gadis itu.

Pria itu semakin marah, dan asisten Soo Ryun memohon ampun atas nama nyonya, karena Seo Hwa melarikan ini. Namun, Soo Ryun menyuruh proia itu tak menggubris kata-kata asistennya, karena mengungkapkan pelarian itu sama saja mati. Soo Ryun meminta satu kesempatan lagi untuk membawanya kembali, dan akan menawarkan Seo Hwa pada Gwan Woong lagi. Tetap saja Gwan Woong menyuruh anak buahnya mencari.

Paginya, adik laki-laki Seo Hwa bangun di dalam hutan, ia selamat. Setidaknya hingga para pemburu hadiah itu datang, dan menyeretnya ke kota, siap digantung didepan publik.




Dam yang mendengar hal itu segera menuju ke tempat eksekusi. Karena pemuda itu tak mau memberitahukan keberadaan kakaknya, ia digantung. Saat sekarat, dalam hati ia berkata, "Dam, terima kasih. Aku tak akan pernah melupakanmu, bahkan setelah aku mati."

Dam melihat tuannya digantung sambil bercucuran air mata (aku juga, btw), ia kembali ke gibang mengingat masa-masa bahagianya dulu. Di dalam kamar, ia melamun sambil balok kayu di langit-langit.

Soo Ryun menerima laporan dari anteknya, yang menceritakan pengejaran tadi malam dengan gemetaran dan bagaimana mereka digagalkan oleh gumiho, arwah spirit menakutkan. Mereka juga melebih-lebihkan dengan menambahkan bawha roh yang mengganggu mereka memiliki 9  ekor. Dan juga banyak saksi yang membenarkan ceritanya.



Soo Ryun bertanya apa yang terjadi pada Seo Hwa, pria itu menjawab pasti gadis itu telah menjadi mangsa gumiho, yang selalu memakan hat manusia.

Di ruangan lain, ditemukan tubuh Dam yang menggantung di langit-langit kamar, ia gantung diri.



Sementara Seo Hwa terbangun di sebuah gua yang terasa seperti sebuah rumah, ia keluar dan memandangi Moonlight Garden yang dikelilingi oleh cahaya. Wol Ryung muncul memperkenalkan diri, tersenyum melihat gadis itu merasa enakan. Pria itu meyakinkan Seo Hwa kalau ia telah membereskan semua pengejarnya, tak ada yang perlu ia khawatirkan disini.




Muncullah tokoh baru., Dam Pyung Joon (Jo Sung Ha), yang dipanggil oleh Gwan Woong. Seorang ahli militer, ia diperintahkan untu menangkap gumiho yang ada di hutan dan membuat penduduk panik.



Kemudian Dam Pyung Joon membawa sekelompok tentara anak buahnya ke dalam hutan, dipimpin oleh pria yang mengejar tadi malam. Mengikuti jejak yang ada, ia diperintahkan untuk menangkap gumiho bagaimanapun caranya, dan bawa mayat Seo Hwa pada Gwan Wong.

Teman biarawan Wol Ryung melihat kawanan pencari itu dan segera ke Moonlight Garden untuk memperingatkannya.Melihat Seo Hwa disana, biarawan itu protes kecewa. Turut campur urusan manusia.



Biarawan bersikeras agar Wol Ryung mengembalikan gadis itu ke tempat ia berada, "Sejak kapan kau ikut-ikut dalam permasalahan manusia?" Wol Ryung menjawab dengan tersenyum, "Sejak kuberikan hatiku padanya." Aw.

Ia kemudian bertanya pada biarawan, bagaimana ia dapat menemukan Gu Family Book atau Buku Keluarga Gu yang legendaris itu?



Biarawan itu terkejut, "Tidak, kau tak bermaksud.."

Wol Ryung mengangguk. "Aku ingin menjadi manusia,"

Gu Family Book Episode 1 END


0 comments:

Post a Comment

Apa pendapatmu tentang post ini?