Episode kali ini aku suka , karena akhirnya setelah ritme episode: prolog-epilog dan isi yang tak pernah berhubungan, tapi kali ini tidak. Bahkan, mungkin makin membuat kita sedikit banyak tahu masa lalu yang bisa dihubungkan dengan pervampiran Tae Yeon, sang adik, bos jaksa vampir, hakim (yg dulu jaksa) vampir, dan mungkin juga Dr. Darah a.k.a pria bartender.
thanks to: dramabeans
Vampire Prosecutor 2 Episode 5
Tahun 1994. Seorang detektif mendong Park Hoon dengan pistol, berkeras bahwa yang mereka kejar bukanlah manusia. Ia gemetar, anak dan istrinya akan mati kalau begini. Park Hoon menenangkannya, berjanji akan menangkap bajingan itu.
Perlahan detektif itu menurunkan senjatanya, Park Hoon mendekat. Namun detektif itu meminta maaf, ia tak punya jalan lain... dor.
Masa kini. Dr. Jo terlihat bahagia duduk di bangku taman, tak jauh Ji Hye sedang bermain sepeda. Flashback menunjukkan dokter itu mendatangi Tae Yeon dan bertanya apa Ji Hye sudah menemukan orang tua angkat dan mengajukan permintaan apa ia bisa menjaga gadis kecil itu sampai ada yang mau menerimanya. Wah aku terharu.
Ji Hye terjatuh dari sepda, Dr. Jo segera mendatanginya untuk melihat luka Ji Hye, gadis kecil itu berkata ia baik-baik saja walau lututnya berdarah. Dr. Jo bertanya kenapa ia selalu menjawab begitu, Ji Hye bilang kalau ia bilang sakit, kakeknya juga akan sakit. Dr. Jo meyakinkan Ji Hye mulai sekarang ia harus berjanji akan bilang apa yang ia rasakan.
Tim jaksa berkumpul untuk kasus baru, pembunuhan seorang detektif. Yang terluka dalam di bagian lehernya, dan anehnya kehilangan darah sangat banyak. Dan yang lebih mengherankan lagi, tak ada darah di tkp. Tak ada kesempatan bagi Tae Yeon untuk memeriksa.
Dr. Jo tiba di tkp, yang memberikan penjelasan atas kasus aneh ini. Korban digantung dengan kepala dibawah dan darahnya diambil semua lewat sayatan di leher, dan alasan tak adanya darah di tkp bukan karena pelakunya teliti, tapi mengambil semua darah korban adalah motif sebenarnya. Wew.
Tae Yeon bertanya-tanya kenapa Dr. Jo yakin dengan motif ini. Karena tak adanya satu tetes darah pun di tubuh korban yang tersisa, dan kasus ini mirip dengan yang ia tangani 20 tahun lalu. Waktu masih Park Hoon menjadi jaksa? Hmmm
Namun cerita 20 tahun lalu itu harus dikesampingkan dulu, Dong Man menelepon, ia menemukan sidik jari, seorang gangster. Tae Yeon dan Jung In bersiap untuk menangkapnya, Jung In senang sekali dengan acara penangkapan ini.
Tae Yeon: Kau akan lebih santai kalau menunggu di mobil
Jung In: Santai itu membosankan
Tae yeon: Membosankan itu aman
Jung In: Aman itu tidak asyik
Aw. Tersangkanya tak mau begitu saja ditangkap, anak buahnya sudah bersiap dengan stik golf di tangan. Tae Yeon bertanya pada Jung In apa ia masih mau terlibat, dan gadis itu menunjukkan deretan borgol yang sudah ia siapkan. Wahahah.
Kata Tae Yeon, "Kau menginginkannya?", Jung In mengangguk, mereka partner in crime (eh in virtue) sejati haha. Tae yeon mulai menghabisi anak buah itu satu-satu, dan Jung In sudah di belakanganya siap dengan borgol. Mereka terlalu senang sampai-sampai tak sadar tersangka kabur.
Gangster itu berlari menuju mobilnya, menyuruh sang sopir untuk segera pergi. Tak lama ia telah berhenti di suatu tempat, kantor jaksa. Ternyata sopir tersebut adalah Soon Bum, yang telah menyamar. Tae Yeon dan Jung In berterima kasih pada pria itu.
Soon Bum menginterogasi gangster itu, yang menyebut korban sebagai 'Hyungnim'. Berkata kalau sidik jarinya pasti ada karena ia mengunjungi pria itu beberapa hari lalu. Tim jaksa menduga ia punya banyak motif karena detektif itulah yang pernah menjebloskannya ke penjara.
Namun Dr. Jo memperingatkan Tae yeon untuk tak terburu-buru mengambil keputusan. Berbekal pengalamannya dulu yang melakukan kesalahan perhitungan karena sebuah sidik jari. Ada dua kasus yang mirip dengan ini. Flashbak menunjukkan Dr. Jo muda di sebuah kasus yang hampir sama dengan ini (di pembukaan episode). Ia berkata pada Tae Yeon bahwa jaksa yang menangani dululah yang menuntun ke pelaku sebenarnya.
Tae Yeon bertanya siap jaksa itu, apa sekarang masih bertugas. Dr. Jo menjawab, dulu tanpa alasan, jaksa tersebut melepas jabatannya dan menghilang. Namanya... Park Hoon (akhirnya ketemu). Tae Yeon melongo, "Park Hoon... pernah jadi jaksa?" nah lo
Ia kembali menyaksikan interogasi itu, dan kali ini bos jaksa Joo nimbrung. Puas dengan hasil kerja anak buahnya. Dan menyuruh untuk segera menutup kasus ini. Namun Tae Yeon menolak, gangster itu bisa jadi bukan pelakunya. Bos Joo tak suka.
Tae Yeon memberikan alasan sama dengan yang dikatakan Dr. Jo, jangan terburu-buru menuntut seseorang, karena taruhannya adalah hak hidup orang tak bersalah. Bos Joo menggerutu karena Tae Yeon tak menurut. Ia beralih ke Jung In, siapa yang ia pihak. Tentu Tae Yeon (tak perlu tanya lagi), bos Joo membawa-bawa latar belakang ayah Jung In. Ia masih kesal dan meninggalkan ruangan itu, terserah apa yang akan dilakukan Tae Yeon.
Jung In kemudian berkata, "Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" Tae Yeon (sambil senyum >_< aww) "Kita? Tentu kita harus menemui tersangka lain."
Dua polisi terlihat mengejar seorang pelaku di jalanan, dan Tae Yeon dengan mudahnya melumpuhkan orang itu. Yang Tae yeon cari bukan si kriminal, namun polisi itu sendiri. Mereka bertanya tentang korban, detektif Ahn, yang merupakan kepala divisi pembunuhan, atasan si polisi. Polisi itu bicara tentang reputasi baik dari detektif Ahn dan menceritakan insiden baru-baru ini yang ia sendiri tak tahu apa maksudnya.
Flashback menunjukkan korban Ahn yang ditodong pistol oleh rekan kerjanya yang lain. Pria itu marah-marah dan menuntut file yang ada di tangan Ahn untuk diberikan padanya. File itu harus dihancurkan atau mereka akan mati. Detektif Ahn tak mau, dan berpendapat sudah saatnya kebenaran terungkap.
Polisi yang marah itu gemetar, lalu berkata sama persis dengan polisi di awal episode ini, bahwa tak ada jalan lain, dan kalau ia tak menghancurkannya, penjahat itu akan melakukan sesuatu. Sepertinya kasus ini berhubungan dengan kasus Park Hoon dulu, dan tentu berhubungan dengan Tae Yeon (setidaknya dengan kasus yang ia tangai langsung).
Akhirnya terjadi saling todong antara tiga polisi. Layaknya sebuah lingkaran, Detektif Ahn yang ingin kebenaran terungkap, polisi yang marah-marah, dan satu lagi polisi yang menyuruh untuk menembak polisi yang marah itu.
Polisi pemarah itu menarik pelatuknya, namun pistolnya berada di posisi terkunci, ia berhasil dilumpuhkan. Dan tepaksa dipecat. Terlebih lagi, pada hari itu juga, Detektif Ahn terbunuh, dan polisi ketiga ditembak orang di jalan (namun tidak mati).
Polisi itu berkata kalau polisi ketiga tadi mengejar seorang pencuri, dan tembakan itu berbalik mengenainya. Namun ia tak percaya bualan itu, untuk apa polisi unit pembunuhan mengejar seorang pencuri? Tae Yeon bertanya apa teori polisi itu, dan ia menjawab bahwa polisi ketiga lah yang membunuh mereka berdua, karena file yang diperebutkan itu menghilang.
Tim jaksa berkumpul dan membagi tugas, Soon Bum menghentikan Tae Yeon dan bertanya apa ia tak mencium sesuatu yang mencurigakan dalam kasus ini. Kita tahu bahwa Tae Yeon selalu skeptis jika menyangkut masalah supernatural. Namun Soon Bum selalu berpikir logis: tak ada darah yang tertinggal, dan darah sebagai motif, ini semua menunjuk ke sesuatu berbau vampir.
Soon Bum juga menambahkan bahwa Jaksa Jang dan adik Tae Yeon masih menghilang, pun Dr. Darah a.k.a bartender darah juga tak dapat dilacak akhir-akhir ini. Tae Yeon tetap bersikap skeptis, bagaimanapun menurut Soon Bum, kasus ini tak terlihat 'manusiawi'.
Dr. Jo mengecek file kasus-kasus lamanya, ia sampai pada kasus 20 tahun lalu, dan mecari-cari persamannya dengan kasus kali ini. Ada sebuah foto terselip disana, foto dirinya dengan Park Hoon. Dr. Jo tersenyum, tiba-tiba ia terbatuk-batuk, tampak darah keluar dari mulutnya. Oh no.
Tae Yeon pergi menemui polisi ketiga (yang tertembak di jalan), tetapi ia tak bisa ditanyai karena ia dalam keadaan koma. Putranya muncul dan bertanya apa akhirnya kantor jaksa akan mengusut kasus ayahnya, dengan marah ia menuduh detektif Ahn lah yang membunuh ayahnya. Putranya bilang kalau ayahnya sadar sebentar beberapa hari lalu dan menceritakan semuanya, kalau Detektif Ahn dan polisi pemarah itu menerima suap dari gangster, dan file itu adalah berkas-berkas suap tersebut.
Tae Yeon bertanya apa ia bisa mengira-ngira siapa yang membunuh Ahn, ia mengingat percakapan ayahnya di telepon, berteriak "hyung", orang macam apa yang menyuap Ahn, "Mereka mengambil darah orang dan menjualnya!"
Jung dan Dong Man memeriksa black box dari mobil Ahn, terlihat di videonya Ahn datang dari suatu tempat dengan berlumuran darah, persis di tempat dimana polisi ketiga tertembak. Mereka melihat Ahn berganti baju dan mengendarai mobilnya ke suatu tempat, supermarket. Mereka menduga kalau ia pasti sedang mengeposkan suatu paket. File yang hilang.
Soon Bum pergi menemui polisi freak a.k.a pemarah itu. Ia sampai di sebuah apartemen gelap yang mengerikan. Didalamnya jauh lebih mengerikan. Dindingnya dipenuhi foto-foto dan gambar-gambar merah. Pria freak itu ada didalmnya meringkuk di pojokan seperti orang gila.
Ia makin ketakutan saat Soon Bum bilang bahwa Ahn dan polisi ketiga mati dan tertembak. Dan saat Soon Bum menjelaskan bagaimana Ahn terbunuh, ia mengambil sebuah foto dii dinding, "seperti ini?" Mata Soon Bum terbelalak, ia yakin pria gila ini tahu sesuatu. Ia bilang kalau foto ini berasal dari kasus yang pernah mereka bertiga tangani bersama. Matanya terlihat seperti orang gila, dan bilang dialah berikutnya.
Soon memberitahu Tae Yeon, bahwa ketiga polisi ini pernah bekerja dalam satu tim untuk kasus yang hampir sama seperti sekarang. Ia berpikir bahwa pembunuh aslinya mengincar ketiga polisi yang menyelidikinya, memakai metode yang sama.
Tae Yeon menyebutkan apa ada sesuatu tentang menjual darah, Soon menjawab tidak. Ia bertanya apa yang hyungnya pikirkan. Soon Bum menjawab, "sejujurnya?" dan ia berhenti sebentar, "pernahkah kau membohongiku sekalipun?" Aw, forever bromance.
Soon Bum bilang kalau kasus kali ini pelakunya bukan manusia. Dan ia bertanya balik apa yang akan Tae Yeon lakukan jika pelakunya jaksa Jang. Tae Yeon berkata akan menangkapnya. Kalau adiknya bagaimana? Tae Yeon tak menjawab.
Jung In pergi ke supermarket tempat Ahn mengeposkan paketannya. Dan petugas disana menjawab bahwa paketan itu dikirim ke alamat gangster yang salah tangkap tadi.
Polisi gila itu menelepon Soon Bum, bilang kalau ia tahu dari 'dia', jalan untuk keluar dari semua ini. Ia menyuruh Soon Bum datang dan akan ia beritahu,
Jung In mendatangi markas gangster sendirian, tanpa takut ia berjalan ke dalamnya, diantara pria-pria gangster ia tersenyum santai menodongkan pistol.
Tae yeon dan Soon Bum segera mendatangi rumah polisi gila itu, didalamnya tergeletak mayat pemilik apartemen (atau istrinya kurang tahu), polisi gila itu masih meringkuk di pojokan, berlumuran darah. Jadi dia membunuh wanita itu agar wanita itu tak dibunuh oleh pembunuh yang mengincarnya? Sinting.
Mereka membawa polisi gila untuk diinterogasi. Pria gila itu minta mereka berjanji akan mengurungnya, baru ia mau bicara. Ya kan? Agar dia aman di penjara. Tentu bagi tim jaksa bukan permintaan yang susah, jelas mereka akan mengurung pria sinting ini.
Ia mulai bercerita, beberapa bulan lalu seseorang mengancamnya dari belakang dengan sebuah pisau di lehernya. Ia mengancam keselamatan anak dan istrinya dan menyuruhnya menghentikan penyelidikan. Lalu menghilang begitu saja. Ancaman itu makin hari makin mengerikan, ia menemukan foto-foto ancaman akan membunuh semua orang terdekatnya. Sampai suatu hari, orang itu menculik putrinya, tepat di depan matanya.
Dan kemudian panggilan telepon datang, mengatakan polisi gila itu untuk melakukan hal yang ia perintahkan. Ia meratap, ia tak mau, tak mau melakukannya, ia mulai gila lagi. Tae yeon berteriak, "APA YANG DIA SURUH UNTUK KAU LAKUKAN?"
Jung In mendapat paketan dari gangster, paket kiriman dari Ahn. Berkas itu diberikan padanya karena mereka berteman, dan dituliskan disitu untuk memberikannya pada orang yang menyelidiki pembunuhannya. Di dalamnya penuh dengan file-file tentang kasus pembunuhan dengan metode pengeringan darah dalam tubuh korban, dan mengindikasi ke pelaku yang sama, yang menculik putri polisi gila itu.
Kembali ke ruang interogasi, polisi gila itu mengakui perbuatannya, menuruti perintah si pembunuh: untuk membunuh putra dari polisi ketiga satu-satunya putray ang dimiliki polisi ketiga, dengan tangan kosong. Wew. Lo? Tunggu. APPPAAHH? Anak satu-satunya? Sudah meninggal? Terus siapa pria yang di rumah sakit waktu itu?
SIAL.
Tae Yeon segera menelepon rumah sakit, pihak RS bilang kalau putra polisi itu sudah mengeluarkan ayahnya dari RS hari ini. Ia lalu menuju rumah polisi ketiga. Dimana (bukan) putranya baru saja mandi. Dia sangat sangat santai untuk ukuran pembunuh.
Tae Yeon (yang juga ikut tak gntar) punya beberapa pertanyaan lagi untuk ayahnya, (bukan) anaknya bilang kalau ayah sedang tidur dan menutup pintu kamar ayahnya. Terlihat didalamnya polisi ketiga sedang digantung terbalik, darahnya menetes disebuah baskom.
Ia menyarankan Tae yeon untuk datang lain kali, karena Tae Yeon tak gentar, pria itu menambahkan "atau kau akan menyesal." "Aku tak akan menyesal," timpal Tae Yeon. Ini cuma aku atau emang wajah pembunuh ini agak pucat dari sebelumnya?
Pria itu menjawab dingin bahwa semua manusia sama saja. Ia berkata yang perlu ia lakukan hanyalah menebar benih, dan tiga polisi itu saling menjatuhkan, begitulah manusia, pada dasarnya mereka adalah makhluk egois. Dari caranya bilang 'manusia', pasti ia sendiri bukan. Tae Yeon membalas kata-kata pria itu, Detektif Ahn menyerahkan berkas-berkas kasus ini kepadanya, bukankah berarti ia mengharapkan untuk terungkapnya kebenaran?
Pembunuh itu tertawa, yang perlu ia lakukan adalah menculik anak-anak mereka, dan seperti domino, mereka akan saling berjatuhan.
Jadi begini urutan kasusnya: Pembunuh menculik putri polisi gila, polisi gila membunuh putra polisi ketiga, polisi ketiga menembak detektif Ahn, dan senjata itu berbalik mengenai polisi ketiga, berpikiran bahwa pria ketiga mati, Ahn mengirimkan paket itu pada temannyadan melakukan bunuh diri di apartemennya.
Pembunuh itu terkikik, seperti sebuah eksperimen tentang perasaan manusia dan ia seolah menganggap ini lucu. Ia bertanya pada Tae Yeon apa ia tak menyesal tak pergi sekarang, dan membuka lemari esnya. Di dalam lemari es itu penuh deretan botol-botol berisi darah tanpa kecuali. HOMAGOT. Horor (dia ini pria bertudung yang pernah nyerang Park Hoon bukan?) Ia mengambil satu dan menenggak botol itu layaknya bir dingin. Matanya memerah. Tuh kan?
Pembunuh itu berubah ke mode vampir, dan menyerang Tae Yeon di dalam kamar mandi. Ia mencekik Tae yeon dengan shower berharap akan segera berakhir, sampai Tae Yeon juga berubah menjadi vampir juga. Wow, vampire battle. Tae yeon membalas serangan vampire mata merah itu namun sepertinya vampir merah lebih kuat. Ia dicekik lagi.
Susah payah ia menahan vampir merah itu untuk tak menyerang lehernya, ia menyambar showr dan mencekik vampir merah. Vampir merah itu memukul Tae Yeon dengan penutup toilet. Ia membanting tubuh Tae yeon keluar kamar mandi. Mereka berhenti berkelahi.
"Ini menyenangkan", kata vampir merah itu, ia kemudian berkata, "Kenapa kalian semua adalah jaksa?" Semua? Berapa banyak itu semua?
Ia meneguk darah lagi, "selain aku dan dia (perempuan), apa semuanya jaksa?" Siapa satunya? Tae yeon ingin tahu, namun vampir merah itu tak menjawab.
Suara sirine meraung di luar, vampir merah itu memukul kepala Tae yeon dengan botol yang membuatnya berlumuran darah. Ia melenggang pergi.
Soon Bum dan Jung In menerobos pintu masuk rumah itu diiringi banyak polisi di belakang mereka, menemukan Tae Yeon berlumuran darah. Tae Yeon berteriak untuk tak mendekat saat Jung In menghampirinya. Dengan punggung Tae yeon menghadap mereka, ia berusaha menghilangkan mode vampir di dirinya. Jung In dan Soon Bum terdiam di tempat mereka.
Kembali ke pembukaan episode, Park Hoon tertembak, dan berbah menjadi vampir. Detektif itu berteriak ketakutan dan mundur, saat vampir merah menghadangnya dari belakang. Ia memiliki rambut gondrong dulu. Pria itu bilang polisi ini tahu kalau Park Hoon adalah vampir jadi sebaiknya tidak melepaskan polisi ini. Bagaimanapun juga, Park Hoon membutuhkan darah manusia untuk menyembuhkan lukanya. Ia menawarkan pilihan: polisi yang mati, atau dia yang mati.
Ia akan membuatnya mudah, ia akan membunuhnya, dan Park Hoon tinggal meminum darahnya. Ia memberi kesempatan Park Hoon untuk bilang tidak. Namun Park Hoon tak bisa menjawab, ia terlalu kesakitan.
Vampir merah itu menghitung sampai tiga, dan tersenyum. Ia membunuh polisi itu, dan membuang mayatnya di hadapan Park Hoon, yang akhirnya bisa berteriak meraung. Vampir merah membelai wajahnya layaknya seorang ayah, "hidup memang berat."
Ia pergi, dan Park Hoon merangkak menuju ke polisi yang mati tadi, dan minum darahnya.
Vampire Prosecutor 2 Episode 5 END
tes
ReplyDeleteAku chanie makasih banget udah dibikinin sinopsisnya :) suka banget sama film ini
ReplyDelete